Kudengar bagaimana seruling
menceritakan kisahnya.
Ia meratapi pedihnya perpisahan
Semenjak dipotong
dari rumpun bambu,
semua orang menangisi
tangisanku
Kudendangkan dada yang
sesak karena perpisahan
hingga terasakan
pedihnya kerinduan.
Setiap yang jauh dari
asalnya senantiasa
akan mencari saat pertemuan
Pada tiap komunitas,
aku menjadi sang peratap dan
teman orang-orang yang menderita,
pun mereka yang bahagia
Setiap insan merasa
telah menjadi temanku,
namun tak seorang
pun pernah mengerti
rahasia yang tersimpan di batinku
Rahasiaku berada
tidak jauh dari diriku,
namun apakah aku ada
pada sinar mata atau
telinga yang dengannya
rahasia-rahasia ditemukan?
Jasad bukanlah tabir roh dan roh
bukanlah tabir jasad,
namun penglihatan
mata roh tidak
pernah diperkenankan
untuk manusia
Suara seruling adalah api
bukan udara, maka tidak ada
orang yang hatinya
tidak gelisah seperti api itu
Api yang menempati seruling
adalah api cinta laiknya
anggur yang menggelegak karena
sesuatu yang ada
di dalamnya, gelora cinta"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar